29 Desember 2008

Cerita SPM IV di Ponpes NASA Gapura (2)

HARI KEDUA
Senin 29 Desember 2008

Pagi pertama di Gapura, kesejukan udara dan pemandangan alam yang indah adalah suasana pagi yang ditawarkan Gapura. Sebagian para siswa menikmati itu sambil berjalan-jalan santai, atau lari pagi. Sebagian yang lain berbaur dengan para santri NASA sambil duduk-duduk di depan teras pondok, mengobrol berbagai hal.

Kelas SPM baru masuk pukul 08.00. Memasuki hari kedua ini, para siswa menerima materi wawasan Sumenep, dengan tema; "Bedah Sumenep Pasca Suramadu". Tema ini sekaligus menjadi tema umum pelaksanaan SPM IV ini.

Ada 6 aspek kehidupan masyarakat yang dijadikan perspektif untuk membedah kondisi sosial di kabupaten Sumenep, yakni: Agama, Pendidikan, Budaya, Politik, Ekonomi dan Lingkungan. 6 aspek ini sekaligus menjadi sub materi yang disampaikan dalam dua kali sesi panel diskusi.

Panel diskusi pertama membincang Sumenep dalam perspektif Politik, Ekonomi dan Lingkungan. Tema politik disampaikan oleh Machmudi Zain (Ketua Dewan Pengurus Lakpesdam NU Sumenep), tema Ekonomi disampaikan oleh Halimi, SE., (pengamat ekonomi Sumenep) dan tema lingkungan disampaikan oleh Mastawi (Ketua Kelompok Pemuda Pecinta Lingkungan Hidup Sumenep).

Panel diskusi kedua dilaksanakan pada sore hari dari pukul 13.30 sampai pukul 16.30, membedah Sumenep dari perspektif Agama, Pendidikan dan Budaya. Sayangnya, pada sesi kedua ini, 2 orang narasumber yang akan berbicara mengenai agama dan pendidikan berhalangan hadir, sehingga Abrari Alzael (redaktur Jawa Pos Biro Sumenep), yang merupakan pembicara tema Budaya didaulat untuk menjelaskan 3 aspek sekaligus.

Pada sesi malam hari, diselenggarakan mini workshop dengan tajuk, "Menggagas Sumenep Pasca Suramadu". Workshop ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengeksplorasi hasil pemahaman siswa dari pengalaman belajar tadi siang. Tujuan berikutnya adalah mengajak para siswa untuk menggambarkan kondisi ideal kabupaten Sumenep di masa depan.

Mini-Workshop ini dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama adalah mengeksplorasi pemahaman siswa dari pengalaman belajar tadi siang. Seluruh siswa dibagi ke dalam 6 kelompok berdasarkan 6 aspek kehidupan. Hasil dari diskusi di masing-masing kelompok kemudian dipresentasikan dalam kesempatan sesi yang kedua.

Sesi hari ini diakhiri dengan Jurnal Harian dan Evaluasi Harian. (sunan)

(bersambung....)

28 Desember 2008

Cerita SPM IV di Ponpes NASA Gapura (1)

Pengantar
Sekolah Pengabdian Masyarakat atau SPM angkatan IV sedang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin (NASA) Gapura. Menurut rencana, SPM ini akan dilaksanakan selama 6 hari dari tanggal 28 Desember 2008 sampai 2 Januari 2009.
SPM angkatan IV diikuti 5 lembaga pesantren yang berasal dari kab. Sumenep. Yakni: Pondok Pesantren NASA Gapura, Pondok Pesantren Al-In'am Gapura, Pondok Pesantren At-Taufiqiyah Bluto, Pondok Pesantren Nurul Islam Bluto dan Pondok Pesantren Al-Munawwarah Batuputih, dengan jumlah siswa 22 orang.
Tulisan ini secara bersambung akan menceritakan proses pelaksanaan SPM IV ini.

HARI PERTAMA
Ahad 28 Desember 2008

Pondok Pesantren NASA berada di kecamatan Gapura. Dari pasar Gapura menuju ke arah timur kira-kira 1 km. Pesantren itu terletak di sebelah utara jalan. Pintu masuk ke dalam pesantren ditandai dengan gapura putih dengan atap joglo dan di bawahnya tertulis dengan jelas, Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin. Dari gapura anda berjalan ke utara sekitar 100 meter, sampailah di lingkungan Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin. Di Pondok Pesantren Inilah Sekolah Pengabdian Masyarakat atau SPM angkatan IV dilaksanakan.
Pelaksanaan SPM IV ini agak sedikit berbeda dari 3 kali pelaksanaan sebelumnya. Biasanya SPM dilaksanakan di lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah, dan hanya untuk kalangan santri Annuqayah. Namun, untuk SPM IV, pihak penyelenggara yakni Biro Pengabdian Masyarakat PP. Annuqayah (BPM-PPA) berinisiatif untuk melaksanakan di luar Annuqayah. Oleh karenanya, BPM-PPA mengajak Pondok Pesantren NASA untuk bekerjasama melaksanakan SPM IV di Gapura.
Saat rombongan dari BPM-PPA datang ke sana siang ini, para santri terlihat baru saja datang dari sekolah. Di Pondok Pesantren NASA, sudah tersedia sekolah formal dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Tinggi. Para santri itu ada yang berleyeh-leyeh di teras pondok, ada juga yang langsung mandi untuk bersiap-siap melaksanakan shalat zuhur berjama'ah di masjid Jami' yang terletak di tengah-tengah lingkungan pesantren.
Rombongan dari BPM kemudian bertemu dengan panitia lokal di sekretariat SPM yang terletak di depan masjid jami'. Setelah beberapa saat beristirahat, para panitia dari BPM dan NASA kemudian menuju tempat acara untuk mempersiapkan kelas SPM dan persiapan pembukaan SPM.
Tempat itu menumpang di Madrasah Aliyah Nasy'atul Muta'allimin. Merupakan tempat yang strategis dan nyaman, karena jauh dari kebisingan dan di sekitar madrasah penuh dengan pepohonan.
Pukul 14.00 WIB, acara pembukaan SPM dilangsungkan. Acara ini dibuka secara resmi oleh Pengasuh Pondok Pesantren NASA, Drs. K. Munif Zubairi. Dalam sambutannya, Kyai Munif menyatakan perasaan senangnya karena dapat bekerjasama dengan Annuqayah (baca: BPM-PPA) untuk melaksanakan SPM di Gapura. Beliau mengatakan, bahwa sekarang ini kita perlu meningkatkan kerja-kerja pendampingan kemasyarakatan mengingat kondisi sosial masyarakat yang semakin terpuruk. Orang miskin semakin banyak, korupsi semakin menjadi-jadi. Maka penguatan dan pengembangan masyarakat diperlukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan itu. Dan SPM diharapkan dapat menjadi tempat bagi para santri untuk belajar berbagai hal yang berkenaan dengan kerja-kerja pengabdian masyarakat. Harapannya, apabila nanti mereka telah pulang ke masyarakat, mereka dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk lingkungannya.
Setelah acara pembukaan, siswa SPM diajak melakukan perkenalan. Difasilitasi oleh tim fasilitator SPM, perkenalan ini dibuat semenarik mungkin dengan game "Lempar Bola". Terlebih dahulu, fasilitator menyiapkan bola sederhana yang dibuat dari gumpalan kertas sebesar kepalan tangan. Para siswa, fasilitator dan panitia diminta membentuk lingkaran. Aturannya, bagi siswa yang memegang bola diharuskan memperenalkan profil dirinya dan motivasinya dalam mengikuti SPM ini. Secara bergiliran para siswa, fasilitator dan panitia melakukan perkenalan dengan cara yang menyenangkan.
Setelah perkenalan, para siswa kembali diajak mengenali lebih jauh diri mereka sendiri. Untuk sesi ini, fasilitator memberikan empat pertanyaan berikut:
1. Apa yang paling ingin anda wariskan di masa depan?
2. Siapa tokoh dunia yang paling berpengaruh?
3. Buku/kitab apa yang paling berpengaruh?
4. Pengalaman masa kecil yang paling berpengaruh?
Rata-rata para siswa menjawab ingin mewariskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk siapapun saja, dan ingin mewariskan lingkungan yang lestari bagi anak cucu. Sementara tokoh paling berpengaruh adalah Nabi Muhammad, dan buku paling berpengaruh adalah Al-Qur'an. Untuk cerita pengalaman masa kecil mereka sangat beragam.
Selanjutnya, memasuki sesi kontrak belajar, siswa diajak membuat sendiri aturan mereka selama mengikuti SPM. Dengan cara melibatkan mereka ke dalam pembuatan aturan ini, diharapkan mereka dapat lebih disiplin dan aktif mengikuti SPM. Kewajiban, larangan, dan sanksi-sanksi dibuat dan disepakati secara kolektif.
Acara sore berakhir pada saat qira'at berkumandang dari corongan (loudspeaker) masjid Jami' NASA.

Malam harinya, siswa SPM mengikuti Stadium General yang diisi dengan Pidato Pembukaan dengan tema: "Islam dan Cita-Cita Sosial: Perspektif Al-Qur'an dan Al-Hadits". Hadir sebagai pembicara kunci adalah K. Moh Husnan A. Nafi', S.Ag (Pengasuh PP. Annuqayah Daerah KuBa). Dalam pemaparannya, Kyai Husnan menggambarkan kondisi sosial yang terjadi saat ini. Dalam gambarannya, kondisi sosial saat ini belumlah masuk ke dalam kondisi ideal masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan Islam, yakni "Baldatun Thayyibatu wa Rabbun Ghafuur".
Apa prasyarat untuk menuju kondisi ideal tersebut? Menurut Kyai Husnan, umat islam harus memiliki jiwa sosial yang tinggi, yakni keinginan untuk selalu berbagi dan mau berbuat baik kepada sesiapapun.
Bagaimana cara menjadi individu-individu sosialis tersebut? Yakni dengan menginternalisasikan dan mengaplikasikan konsep TAUHID. Konsep tauhid mengajarkan agar setiap hamba Allah selalu menjalankan secara seimbang konsep amar ma'ruf dan nahi munkar. Realitas yang terjadi sekarang, orang cenderung timpang melaksanakan konsep tauhid. Orang lebih suka menjalankan konsep amar ma'ruf saja dan mengesampingkan nahi munkarnya. Sehingga terjadi pula ketimpangan sosial.
"Jangan melulu amar ma'ruf yang dilaksanakan, nahi munkarnya juga harus dijalankan. Dengan cara demikian kita dapat menciptakan kehidupan sosial yang bermartabat dan berperadaban tinggi," demikian disampaikan Kyai Husnan dalam akhir pisatonya.
Stadium general berakhir pada pukul 21.30 WIB. Para siswa kemudian memasuki sesi akhir hari pertama, yakni Jurnal Harian dan Evaluasi Harian. (sunan)

(bersambung...)

24 Desember 2008

SEKOLAH PENGABDIAN MASYARAKAT

Tinggal 3 hari lagi, BPM-PPA akan menyelenggarakan program Sekolah Pengabdian Masyarakat (SPM) angkatan ke IV (empat). SPM IV ini akan dilaksanakan selama 6 hari mulai tanggal 28 Desember 2008 sampai 2 Januari 2009, bertempat di Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin (NASA) Gapura Timur.

Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, kali ini SPM dilaksanakan di luar Annuqayah dan dikerjasamakan dengan pesantren lain. Kali ini BPM-PPA menggandeng Pondok Pesantren NASA Gapura Timur.

"Kami memilih NASA berdasarkan pertimbangan bahwa selama ini kami melihat NASA memiliki komitmen yang sama dengan kami (BPM-PPA) dalam gerakan sosial yang berakar pada penguatan masyarakat bawah," demikian dituturkan oleh Habiburrahman, kepala SPM kepada bpmppa.blogspot.com.

Selain itu, Habib juga menyatakan bahwa tujuan jangka panjang dari pelaksanaan SPM ini adalah untuk memperluas jaringan pengabdi masyarakat yang bekerja untuk gerakan sosial transformatif di kabupaten Sumenep.

Ada 12 pondok pesantren yang bersedia menjadi peserta dalam sekolah ini, yakni: PP. Al-Munawwarah, LPI. Nurul Hikmah, PP. Raudlatul Muttaqien (Batuputih), PP. Taufiqurrahman (Batang-Batang), PP. Al-Huda, PP. Al-In'am, PP. Al-Karimiyah dan PP. NASA (Gapura), PP. At-Taufiqiyah, PP. Nurul Islam (Bluto), PP. Mathaali'ul Anwar (Pangarangan), dan PP. Al-Usymuni (Tarate).

Tema besar SPM IV adalah "Bedah Sumenep Pasca Suramadu", tema ini diangkat dengan maksud membedah secara komprehensif kondisi sosial Sumenep dari 6 aspek yakni: agama, pendidikan, politik, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Diharapkan, dengan pemahaman yang luas mengenai peta sosial Sumenep, peserta akan dapat memetakan permasalahan-permasalahan yang ada dan kemudian menemukan solusi yang tepat atas permasalahan tadi.
Sebagai alat dalam memahami peta sosial tadi, peserta akan dilatih melakukan advokasi, pengorganisasian masyarakat (Community Organizing), kepemimpinan, komunikasi dan lain-lain. (AS)

17 Desember 2008

PROFIL KSM JAMI'UL MUTTAQIN DUNDANG

Ach. Sunandar

Malam yang dingin sehabis turun hujan siang tadi. Di beberapa ruas jalan, tampak genangan air, ataupun aliran air yang tak mampu ditampung selokan. Pada saat seperti ini, bisa dipastikan orang-orang lebih senang berada di dalam rumah yang hangat. Namun demikian, di salah satu kobung (mushalla dari kayu dan bambu) di daerah Dundang, beberapa orang berkumpul. Jumlahnya kurang lebih 25 orang. Mereka duduk bersila dan melingkar.
Beberapa orang yang baru datang menyalami orang-orang yang sudah lebih dahulu datang, saling menyapa, dan setelah itu mengambil tempat yang masih kosong. Segera, secangkir kopi hangat dihidangkan oleh petugas. Orang-orang itu kemudian mengambil rokok, menyulutnya dengan korek dan menghisapnya dengan nikmat.
Mereka adalah anggota kelompok swadaya masyarakat Jami'ul Muttaqin di daerah Dundang, kecamatan Guluk-Guluk, kabupaten Sumenep Madura. Malam ini adalah acara rutin mereka pada setiap malam ahad yaitu tahlilan.
Menurut keterangan K. Abuniman, ketua kelompok ini, jumlah anggota kurang lebih 27 orang yang berasal dari lingkungan desa Dundang ataupun dari desa tetangga. "Alhamdulillah masyarakat gi' kasokan apol kompol tor adua'agi oreng-oreng seppo epon," (Alhamdulillah, masyarakat masih mau berkumpul untuk mendoakan para leluhur mereka) demikian disampaikan oleh K. Abuniman.
Setelah pembacaan tahlil dan doa, biasanya anggota kelompok melakukan beg-rembag (musyawarah) mengenai berbagai masalah yang dihadapi dalam keseharian kehidupan mereka. Secara informal, mereka mengutarakan berbagai informasi desa termutakhir, atau melontarkan masalah-masalah pelik yang sedang dihadapi. Selanjutnya, secara bersama-sama mereka membicarakan masalah-masalah itu dan syukur-syukur bisa ditemukan pemecahan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Akolompok benyak guna epon. Misal, samangken oreng tani sanget sossa asebab pupuk sulit ekaolle, namun lebat kelompok oreng tani bisa olleh pupuk, meskipun tak nyokopagi namun pendenan." (Banyak manfaat dari berkelompok. Misal, sekarang para petani kesulitan mendapatkan pupuk, namun melalui kelompok mereka bisa memperoleh pupuk, meskipun kurang namun mendingan daripada tidak dapat sama sekali) kata K. Abuniman. Selanjutnya K. Abuniman berkata, "Semoga kalaben akalompok permasalahan permasalahan anggota khusus epon e dalem pertanian bisa korang. Ben salaen ka'dinto, tetap asajen semma' dhe' gusti Allah." (Semoga dengan berkelompok maka permasalahan-permasalahan yang dihadapi para anggota, khususnya dalam bidang pertanian bisa diselesaikan. Dan selain itu, semakin dekat dengan Allah Swt melalui doa dan ikhtiar yang dilakukan bersama). Amien.
Inilah keunikan dan sekaligus kekuatan masyarakat desa yang sampai sekarang masih terus terpelihara. Tentunya, di tengah-tengah persoalan perpecahan masyarakat yang menghantui kehidupan berbangsa kita, apa yang dilakukan masyarakat desa Dundang ini adalah sesuatu yang menggembirakan. Dengan berkelompok mereka telah mempererat persaudaraan, meminimalisir perpecahan, serta saling memberi dan berbagi di antara sesama.

05 Desember 2008

Sadarulkalam dari BPM-PPA

Keinginan untuk membuat blog Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah (BPM-PPA) telah ada di kepala sejak lama. Namun, baru sekarang bisa terwujudkan. Alhamdulillah.

Mungkin bagi kawan-kawan muncul tanya, kenapa tidak membuat web yang lebih bagus saja? Di dotcom, misalnya?

Kami sebagai pengelola perlu menjelaskan bahwa blog ini semacam test case bagi kami. Kalau kami sukses dan konsisten mengelola blog ini, kami tentu akan mengupayakan untuk membuat web yang lebih bagus untuk BPM-PPA. Selain itu, kata bos, kita masih perlu belajar mendesain web yang bagus.

Oke, itu saja pengantar dari kami sebagai pengelola blog ini. Kritik dan saran sangat diharapkan.

Lalu Lintas Tamu