28 Desember 2008

Cerita SPM IV di Ponpes NASA Gapura (1)

Pengantar
Sekolah Pengabdian Masyarakat atau SPM angkatan IV sedang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin (NASA) Gapura. Menurut rencana, SPM ini akan dilaksanakan selama 6 hari dari tanggal 28 Desember 2008 sampai 2 Januari 2009.
SPM angkatan IV diikuti 5 lembaga pesantren yang berasal dari kab. Sumenep. Yakni: Pondok Pesantren NASA Gapura, Pondok Pesantren Al-In'am Gapura, Pondok Pesantren At-Taufiqiyah Bluto, Pondok Pesantren Nurul Islam Bluto dan Pondok Pesantren Al-Munawwarah Batuputih, dengan jumlah siswa 22 orang.
Tulisan ini secara bersambung akan menceritakan proses pelaksanaan SPM IV ini.

HARI PERTAMA
Ahad 28 Desember 2008

Pondok Pesantren NASA berada di kecamatan Gapura. Dari pasar Gapura menuju ke arah timur kira-kira 1 km. Pesantren itu terletak di sebelah utara jalan. Pintu masuk ke dalam pesantren ditandai dengan gapura putih dengan atap joglo dan di bawahnya tertulis dengan jelas, Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin. Dari gapura anda berjalan ke utara sekitar 100 meter, sampailah di lingkungan Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin. Di Pondok Pesantren Inilah Sekolah Pengabdian Masyarakat atau SPM angkatan IV dilaksanakan.
Pelaksanaan SPM IV ini agak sedikit berbeda dari 3 kali pelaksanaan sebelumnya. Biasanya SPM dilaksanakan di lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah, dan hanya untuk kalangan santri Annuqayah. Namun, untuk SPM IV, pihak penyelenggara yakni Biro Pengabdian Masyarakat PP. Annuqayah (BPM-PPA) berinisiatif untuk melaksanakan di luar Annuqayah. Oleh karenanya, BPM-PPA mengajak Pondok Pesantren NASA untuk bekerjasama melaksanakan SPM IV di Gapura.
Saat rombongan dari BPM-PPA datang ke sana siang ini, para santri terlihat baru saja datang dari sekolah. Di Pondok Pesantren NASA, sudah tersedia sekolah formal dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Tinggi. Para santri itu ada yang berleyeh-leyeh di teras pondok, ada juga yang langsung mandi untuk bersiap-siap melaksanakan shalat zuhur berjama'ah di masjid Jami' yang terletak di tengah-tengah lingkungan pesantren.
Rombongan dari BPM kemudian bertemu dengan panitia lokal di sekretariat SPM yang terletak di depan masjid jami'. Setelah beberapa saat beristirahat, para panitia dari BPM dan NASA kemudian menuju tempat acara untuk mempersiapkan kelas SPM dan persiapan pembukaan SPM.
Tempat itu menumpang di Madrasah Aliyah Nasy'atul Muta'allimin. Merupakan tempat yang strategis dan nyaman, karena jauh dari kebisingan dan di sekitar madrasah penuh dengan pepohonan.
Pukul 14.00 WIB, acara pembukaan SPM dilangsungkan. Acara ini dibuka secara resmi oleh Pengasuh Pondok Pesantren NASA, Drs. K. Munif Zubairi. Dalam sambutannya, Kyai Munif menyatakan perasaan senangnya karena dapat bekerjasama dengan Annuqayah (baca: BPM-PPA) untuk melaksanakan SPM di Gapura. Beliau mengatakan, bahwa sekarang ini kita perlu meningkatkan kerja-kerja pendampingan kemasyarakatan mengingat kondisi sosial masyarakat yang semakin terpuruk. Orang miskin semakin banyak, korupsi semakin menjadi-jadi. Maka penguatan dan pengembangan masyarakat diperlukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan itu. Dan SPM diharapkan dapat menjadi tempat bagi para santri untuk belajar berbagai hal yang berkenaan dengan kerja-kerja pengabdian masyarakat. Harapannya, apabila nanti mereka telah pulang ke masyarakat, mereka dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk lingkungannya.
Setelah acara pembukaan, siswa SPM diajak melakukan perkenalan. Difasilitasi oleh tim fasilitator SPM, perkenalan ini dibuat semenarik mungkin dengan game "Lempar Bola". Terlebih dahulu, fasilitator menyiapkan bola sederhana yang dibuat dari gumpalan kertas sebesar kepalan tangan. Para siswa, fasilitator dan panitia diminta membentuk lingkaran. Aturannya, bagi siswa yang memegang bola diharuskan memperenalkan profil dirinya dan motivasinya dalam mengikuti SPM ini. Secara bergiliran para siswa, fasilitator dan panitia melakukan perkenalan dengan cara yang menyenangkan.
Setelah perkenalan, para siswa kembali diajak mengenali lebih jauh diri mereka sendiri. Untuk sesi ini, fasilitator memberikan empat pertanyaan berikut:
1. Apa yang paling ingin anda wariskan di masa depan?
2. Siapa tokoh dunia yang paling berpengaruh?
3. Buku/kitab apa yang paling berpengaruh?
4. Pengalaman masa kecil yang paling berpengaruh?
Rata-rata para siswa menjawab ingin mewariskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk siapapun saja, dan ingin mewariskan lingkungan yang lestari bagi anak cucu. Sementara tokoh paling berpengaruh adalah Nabi Muhammad, dan buku paling berpengaruh adalah Al-Qur'an. Untuk cerita pengalaman masa kecil mereka sangat beragam.
Selanjutnya, memasuki sesi kontrak belajar, siswa diajak membuat sendiri aturan mereka selama mengikuti SPM. Dengan cara melibatkan mereka ke dalam pembuatan aturan ini, diharapkan mereka dapat lebih disiplin dan aktif mengikuti SPM. Kewajiban, larangan, dan sanksi-sanksi dibuat dan disepakati secara kolektif.
Acara sore berakhir pada saat qira'at berkumandang dari corongan (loudspeaker) masjid Jami' NASA.

Malam harinya, siswa SPM mengikuti Stadium General yang diisi dengan Pidato Pembukaan dengan tema: "Islam dan Cita-Cita Sosial: Perspektif Al-Qur'an dan Al-Hadits". Hadir sebagai pembicara kunci adalah K. Moh Husnan A. Nafi', S.Ag (Pengasuh PP. Annuqayah Daerah KuBa). Dalam pemaparannya, Kyai Husnan menggambarkan kondisi sosial yang terjadi saat ini. Dalam gambarannya, kondisi sosial saat ini belumlah masuk ke dalam kondisi ideal masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan Islam, yakni "Baldatun Thayyibatu wa Rabbun Ghafuur".
Apa prasyarat untuk menuju kondisi ideal tersebut? Menurut Kyai Husnan, umat islam harus memiliki jiwa sosial yang tinggi, yakni keinginan untuk selalu berbagi dan mau berbuat baik kepada sesiapapun.
Bagaimana cara menjadi individu-individu sosialis tersebut? Yakni dengan menginternalisasikan dan mengaplikasikan konsep TAUHID. Konsep tauhid mengajarkan agar setiap hamba Allah selalu menjalankan secara seimbang konsep amar ma'ruf dan nahi munkar. Realitas yang terjadi sekarang, orang cenderung timpang melaksanakan konsep tauhid. Orang lebih suka menjalankan konsep amar ma'ruf saja dan mengesampingkan nahi munkarnya. Sehingga terjadi pula ketimpangan sosial.
"Jangan melulu amar ma'ruf yang dilaksanakan, nahi munkarnya juga harus dijalankan. Dengan cara demikian kita dapat menciptakan kehidupan sosial yang bermartabat dan berperadaban tinggi," demikian disampaikan Kyai Husnan dalam akhir pisatonya.
Stadium general berakhir pada pukul 21.30 WIB. Para siswa kemudian memasuki sesi akhir hari pertama, yakni Jurnal Harian dan Evaluasi Harian. (sunan)

(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lalu Lintas Tamu