03 Mei 2009

WORKSHOP COMMUNITY FOUNDATION BERBASIS PESANTREN (2-Selesai)

Guluk-Guluk - Workshop Hari kedua dimulai agak telat dari jadwal yang disepakati pada pukul 09.00 WIB, karena menunggu beberapa peserta yang belum datang. Namun setelah ditunggu beberapa saat dan yang ditunggu tidak datang juga, akhirnya workshop dimulai.
Toni Pangcu sebagai fasilitator memulai acara ini dengan sedikit mereview hasil workshop pada hari sebelumnya (02/5), terutama yang direview soal pemahaman peserta mengenai community foundation berbasis pesantren yang akan dijalankan oleh BPM-PPA. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk sedikit diskusi untuk pendalaman hasil workshop pada hari sebelumnya.
Setelah review, fasilitator membuka forum untuk mengusulkan saran-saran, harapan ataupun komitmen dari peserta untuk penyiapan community foundation BPM-PPA. Yang paling disoroti dalam proses ini adalah soal keterlibatan multistakeholder, utamanya dari pemerintah dan swasta dalam penyiapan community foundation BPM-PPA. Para peserta melihat, bahwa dengan kondisi birokrasi di kabupaten Sumenep saat ini yang jelimet dan "belum sepenuhnya pro -rakyat", maka perlu pendekatan yang kreatif dari BPM-PPA serta seluruh komponen yang terlibat di dalamnya untuk menggalang dukungan dari pemerintah.
Pada sesi sumbang saran dan komitmen ini, muncul komitmen dari BPRS Bhakti Sumekar yang siap bekerjasama dengan BPM-PPA dalam beberapa program pengembangan ekonomi masyarakat, baik melalui pengucuran kredit, ataupun peningkatan keterampilan masyarakat. Komitmen ini disambut baik oleh para peserta sebagai awalan dalam memulai hubungan dengan swasta (BPRS).
Pada akhirnya, setelah melewati diskusi yang panjang, dibentuk tim kecil yang mencerminkan keterwakilan berbagai pihak potensial untuk melakukan kerja-kerja penjaringan perkawanan (partnership), khususnya dengan pemerintah dan swasta. Tim kerja ini akan menjadi langkah awal yang akan dijalankan oleh BPM-PPA dalam menyiapkan community foundation yang akan dijalankan.
Workshop diakhiri dengan kesepakatan dari tim kerja untuk melanjutkan diskusi terkait partnership setelah acara ditutup.
Acara ini ditutup oleh Ketua BPM-PPA, M. Zamiel El-Muttaqien, yang menyatakan harapannya akan dukungan dari berbagai pihak, utamanya peserta yang hadir dalam menyiapkan BPM-PPA menjadi community foundation berbasis pesantren. (sunan)

02 Mei 2009

WOKSHOP COMMUNITY FOUNDATION BERBASIS PESANTREN

Guluk-Guluk - Setelah melaksanakan Workshop Pengembangan Organisasi dan Kelembagaan pada 2-3 April 2009 yang lalu, Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah (BPM-PPA) menyelenggarakan Workshop Community Foundation Berbasis Pesantren. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama dengan Yayasan KEHATI Jakarta dimulai hari ini (02/5) hingga besok (03/5).

Dalam Laporan Kegiatan yang disampaikan oleh Koordinator Program, Ach. Sunandar, dijelaskan bahwa kegiatan ini merupakan lanjutan dari Workshop Pengembangan Organisasi dan Kelembagaan, namun melibatkan lebih banyak pihak. Selain dari pihak masyarakat sipil yang diwakili oleh LSM, Tokoh Masyarakat, perwakilan KSM, dan Pondok Pesantren, juga diundang perwakilan dari swasta dan pemerintah kabupaten Sumenep. Selain itu, Ach. Sunandar menjelaskan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk mendiseminasikan gagasan transformasi BPM-PPA menjadi Community Foundation. Diharapkan nantinya ada kesamaan pemahaman mengenai Community Foundation yang akan dijalankan BPM-PPA dan akan ada dukungan dari berbagai pihak yang terkait.

Hari pertama ini, dimulai dengan penyajian dari 3 narasumber. Yang pertama adalah Ibu Rika Anggraini, yang banyak menceritakan tentang gerakan filantropi dan perkembangannya di Indonesia. Ibu Rika juga menceritakan pengalamannya dalam menjalankan kegiatan filantropi di Persatuan Filantropi Indonesia ataupun di The Body Shop. Sharing dengan peserta banyak membahas tentang model-model filantropi dan pemahaman mengenai filantropi.

Sesi kedua dilaksanakan setelah rehat siang, pada pukul 13.30. Secara bergantian, Bapak Imazgee Togie (dari Dompet Dhuafa Republika) dan Hasyim (BPM-PPA) mempresentasikan makalah masing-masing. Imazgee Togie atau yang biasa dipanggil mas Ogie banyak menceritakan pengalaman Dompet Dhuafa dalam menjalankan gerakan filantropis di Indonesia. Sementara Hasyim menceritakan pengalamannya dalam melakukan studi banding ke JAVLEC di Jogja dan ke BESTARI di Lombok NTB.

Sesi terakhir, ditutup dengan dengan sedikit pengantar mengenai hal-hal yang akan dibicarakan pada hari kedua, serta melakukan kesepakatan jadwal dengan peserta.

(bersambung...)

Lalu Lintas Tamu